Tuesday, December 17, 2024

Deburan ombak memecah keheningan sore itu. Langit yang tadinya biru cerah mulai dihiasi semburat jingga, pertanda senja telah tiba. Di ujung dermaga kayu yang lapuk, seorang lelaki tua duduk termenung. Wajahnya yang keriput dihiasi garis-garis kehidupan yang panjang, matanya sayu menatap cakrawala.

Namanya Pak Budi. Dahulu, ia adalah seorang nelayan tangguh yang berani menantang ganasnya ombak. Laut adalah rumahnya, perahu adalah sahabatnya, dan ikan adalah rezekinya. Namun, kini, ia hanya bisa duduk di dermaga, mengenang masa kejayaannya.

Kakinya yang dulu kokoh kini rapuh dimakan usia. Perahunya telah lama dijual untuk biaya pengobatan istrinya yang telah berpulang setahun lalu. Kini, yang tersisa hanyalah kenangan dan kesepian yang menemani senja-senjanya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Seorang anak kecil berlari menghampirinya. Anak itu, bernama Andi, adalah cucu tetangganya. Setiap sore, Andi selalu datang menemani Pak Budi di dermaga.

"Kakek sedang memikirkan apa?" tanya Andi sambil duduk di samping Pak Budi.

Pak Budi tersenyum. "Kakek sedang memikirkan laut, Andi. Dulu, laut adalah bagian dari hidup Kakek."

Andi mengangguk-angguk. "Kata Ayah, Kakek dulu nelayan hebat, ya?"

"Hehe, bisa dibilang begitu," jawab Pak Budi dengan nada bangga. "Kakek pernah menangkap ikan hiu sebesar perahu kecilmu itu."

Mata Andi membulat takjub. Ia selalu senang mendengar cerita-cerita Pak Budi tentang laut.

Senja semakin merambat. Langit telah berubah menjadi warna ungu keemasan. Burung-burung camar beterbangan pulang ke sarangnya.

"Kakek," panggil Andi. "Lihat! Mataharinya cantik sekali!"

Pak Budi mengikuti arah telunjuk Andi. Ia melihat matahari yang perlahan tenggelam di balik garis horizon, memancarkan cahaya yang begitu indah. Tiba-tiba, ia merasakan kedamaian yang menyelimuti hatinya.

Ia teringat istrinya, yang selalu menemaninya menikmati senja di dermaga. Meskipun istrinya telah tiada, kenangannya tetap hidup di hatinya. Ia juga bersyukur masih ada Andi yang menemaninya di masa tuanya.

"Iya, Andi. Mataharinya memang cantik," ucap Pak Budi dengan suara lirih.

Ia meraih tangan Andi dan menggenggamnya erat. Ia merasakan kehangatan dan kasih sayang dari anak kecil itu. Di tengah kesepiannya, ia menemukan secercah kebahagiaan.

Senja di ujung dermaga itu mengajarkannya tentang arti kehidupan. Bahwa setiap fase kehidupan pasti akan berlalu, namun kenangan dan cinta akan selalu abadi. Dan terkadang, kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal-hal sederhana, seperti senja yang indah dan kehadiran seorang sahabat kecil.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © dunia bermain - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -